Kualitas Utama adalah Mindset Pebisnis Kuliner

Mindset Pebisnis Kuliner Yang Akan Bikin Kamu Sukses

Mindset adalah pola pikir yang dianut oleh seseorang. Dalam dunia bisnis memiliki mindset yang tepat itu penting karena akan menentukan bisnismu akan sukses atau gagal. Mindset itu bisa dibentuk meskipun tidak mudah.

Hal paling utama yang membedakan seorang pebisnis kuliner yang sukses atau yang tidak dimulai pada mindset atau pola pikir bagaimana dia melihat dan membuat keputusan dalam berbisnis.

Banyak pembeda dari mindset mereka yang biasa saja dan pebisnis yang besar adalah pada pemikirannya.

1. Pebisnis kuliner lebih kostumer sentrik

Pemikiran yang pelanggan sentrik adalah pola pikir yang lebih memikirkan pelanggan dibanding diri sendiri.

Saya paham kalau salah satu alasanmu membuka bisnis adalah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang dibanding menjadi pegawai kan.

Namun pemikiran seperti ini malah bisa menjadi penghalangmu untuk mengembangkan bisnis. Dengan lebih memikirkan pelangganmu dan masalah kuliner apa yang mereka hadapi, maka kamu bisa mengembangkan produkmu dengan lebih mudah. Dengan kata lain arah pengembangan produkmu sudah jelas.

Mulai saat ini pikirkan pelangganmu lebih melebihi kamu memikirkan diri sendiri, ini salah satu syarat agar kamu memiliki bisnis kuliner yang sukses.

Definisi seorang entrepreneur menurut Simon Sinek adalah seorang yang memberikan solusi terhadap sebuah masalah. Jadi  apa yang akan kau lakukan untuk masalah yang dihadapi pelangganmu?

2. Dengan beprikir consument centric arah pengembangan produkmu lebih mudah

Ketika kamu lebih fokus berpikir apa yang bisa kau berikan untuk menyelesaikan masalah yang pelangganmu hadapi maka kamu sudah berada di jalur yang benar dalam mengembangkan produk bisnis kulinermu.

Misalnya ada seorang pelangganmu yang ingin makan mapo tofu ala Sichuan dan dia tidak bisa menemukan makanan pedas dari tiongkok itu. Dia sudah mencari di penjual online dan melihat instagram dan tidak tersedia di daerahnya.

Berarti masalah pelangganmu itu dia tidak bisa menikmati mapo tofu.

Kemudian kamu bisa melihat siapa saja penjual mapo tofu terbaik yang kamu kenal, ternyata jaraknya jauh. Jadi untuk mendatangkan mapo tofu tidak bisa dilakukan dengan memesan karena keburu dingin atau bahkan basi.

Kamu memiliki dua pilihan di sini, yaitu belajar membuat mapo tofu sendiri yang memakan waktu lama dan belum tentu sukses atau kamu bisa mendatangkan dia ke daerah pelanggan tersebut.

Ternyata untuk mendatangkan chef ahli mapo tofu ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Lalu Kamu berpikir bagaimana caranya saya bisa mendatangkan chef itu?

Kemudian sebuah ide cemerlang tercetus di pikiranmu, kamu akan mengajak pelanggan itu untuk mencari orang lain yang ingin makan mapo tofu juga.

Agar chef itu bisa datang dan memasak untuk para pelangganmu dengan biaya yang terjangkau, maka kamu harus mencari 50 orang lainnya. Tujuannya agar biaya dan akomodasinya bisa dibagi oleh para pelanggan ini.

Kemudian kamu mengajak pelanggan itu untuk mencari orang lain yang mau menikmati mapo tofu terbaik ini juga.

Setelah dua minggu kamu ternyata mendapatkan 50 orang yang ingin menikmati mapo tofu juga dan mereka akan membayar biaya yang sudah ditetapkan agar chef itu datang.

Kemudian kamu menghubungi chef itu lalu membuat janji dan memberitahu kepada pelangganmu bahwa sang chef ahli mapo tofu akan datang pada hari yang ditentukan dan akan menyajikan mapo tofu terbaik mereka.

Tamat.

Ketika kamu menolong pelanggan untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, seperti mendatangkan chef ahli mapo tofu tersebut.

Dalam cerita di atas kamu melakukan hal apap pun untuk membereskan solusi dari masalah yang dihadapi oleh pelanggan tersebut. Sejauh apa hal yang akan kau lakukan untuk menolong pelangganmu?

Jika kamu memiliki mindset atau pola pikir yang pelanggan sentris tentu kamu akan bisa berpikir sejauh itu.

Lalu, kamu tanya kenapa kamu harus begitu?

3. Memuaskan Pelanggan Agar Mereka Menceritakan Produk Atau Servismu Ke Orang Lain

Pelanggan yang puas, apalagi jika dia memiliki cerita dengan bisnis kulinermu akan lebih mungkin untuk menyebarkan cerita itu kepada orag lain.

Jika produkmu hanya sebuah benda fisik atau sekedar perjanjian tentang sebuah jasa di atas kertas, maka orang tidak akan terlalu terdorong untuk menyebarkannya.

Namun jika sampai produk atau jasamu memiliki cerita yang berkesan untuk pelangganmu, maka mereka dengan senang hati akan menyebarkannya.

Inilah kenapa bisnis kuliner itu tidak sekedar mencari uang, melainkan juga tentang kontribusi dan solusi apa yang bisa kau berikan kepada pelangganmu.

Kesimpulan

Bisnis kuliner memang salah satu tujuannya adalah untuk mencari uang, namun jika sebatas itu saja tanpa kamu memikirkan pelanggan akan sulit untukmu bersaing.

Ganti pola pikir yang ego sentris terhadap diri sendiri dan mulailah ganti kepada costumer centrics (pelanggan sentris) lalu pikirkan kontribusi apa yang bisa kau berikan pada masalah yang dihadapi pelanggan.

Ini yang akan membuatmu lebih dekat secara profesional dan emisional kepada pelangganmu dan bukan kepada pesaingmu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *